Wednesday, January 23, 2013

PENDAKIAN SINDORO HIMASTA UNIVERSITAS DIPONEGORO 14-15 JULI 2012



*gunung Sindoro dari balik edelweise*
 Ini adalah pendakian pertamaku di tingkat universitas , proker pendakian ini pula yang dulu memotivasiku untuk bisa menjadi pengurus HIMASTA.  Tujuan pendakian kali ini adalah Gunung Sindoro yaitu 3153 mdpl via daerah Kledung , Temanggung (kurang lebih 1 jam perjalanan dari kota kelahiranku, Magelang :D).  Rencana pendakian dimulai dengan berkumpul di GSG pukul 08.30 pada hari Sabtu 14 Juli 2012.
Sebelum hari H , H-1 ada briefing yang diberikan oleh mas hilman dan senior senior tentang seluk beluk pendakian Sindoro.  Briefing ini dilakukan di Prof.Soedharto sayap kiri jamnya lupa :D.  Di situ ada beberapa anggota Departemen 3 seperti : mas arief ‘10, mas Hilman’10, dan Ariyo’11 ada juga senior yang sudah sering muncak mas Catra ’08 , mas Angga ’09, dan mas Zulfa aka mas Izul ’09 serta para wonder woman 2011 yang berencana ikutan muncak : bunga, aku, ratih dan riza.  Kami, 4 wanita ini saat 

memutuskan muncak bukanlah sesuatu yang mudah, perang batin tak luput dari bayangan. Banyak pihak yang khawatir tentunya orang tua serta teman-teman yang sedikit banyak meragukan kemampuan kami hahaha. Tapi untungnya H-1 restu orang tua sudah saya kantongi begitu pula dengan riza dan bunga.  Briefing dimulai dengan pembukaan oleh mas Hilman dengan membagi cheklist dasar pendakian yang berisi barang-barang pribadi dan kelompok yang harus dibawa serta tips-tips ketika tersesat di Gunung.  

Dari barang-barang yang harus dibawa , saya hanya membawa 1 ransel, jaket, jas hujan, minum 3 botol, 2 celana training, sandal sepatu, senter, kaos kaki dan kaos tangan serta makanan sedangkan peralatan kelompok sepenuhnya diurus mas mas yang baik hehehehe*salah satu untungnya jadi kaum minoritas pendakian ya ini semua dihandle oleh mas mas :D ..
 Kisah tersendiri dariku , ada temen kosku “Nia” yang tau kalo aku mau muncak tapi begitu tau kalau persiapanku minim banget dia langsung sewot hahahhahahaha.  Alhasil dia nyuruh aku bawa jaketnya yang suka dia pake kalo mudik ke Bandung dan disuruh bawa macem-macem roti *khas mak mak banget tu anak   -_____-
Setelah dibeberkan peralatan yang harus dibawa, mas Izul memberikan gambaran sekilas tentang Gunung Sindoro.  Gunung Sindoro - 3.153 m.dpl, setidaknya ada tiga nama yang dikenal baik oleh masyarakat, Sindoro, Sundoro atau Sendoro.  Salah satu gunung favorit pendaki yang berada di Jawa Tengah. Terutama bagi yang mencari triple S (Slamet, Sindoro, Sumbing). Bentuknya yang kerucut bertipe strato terlihat seperti saudara kembar dengan gunung Sumbing yang bersebelahan. Untuk mencapai gunung ini tidak terlalu sulit karena berada di jalur utama Wonosobo-Magelang. Umumnya jalur yang paling ramai dilewati adalah jalur Kledung, Temanggung. Selain itu ada pula jalur lain yang cukup bagus yaitu jalur Sigedang.
Dari kejauhan nampak seperti dua saudara kembar antara Sindoro dan Sumbing, berdiri kokoh di batas Kabupaten Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo. Diantara keduanya, dipisahkan oleh pelana Kledung (1.405 m.dpl) yang melintasi jalan raya, menghubungkan Wonosobo dengan kota Magelang.
Koordinat letak geografis gunung Sindoro ada pada 7° 18′LS dan 109° 59.5′ BT dan memiliki areal Kawasan Hutan cukup luas yang di kelola oleh PERHUTANI Wonosobo (772 m.dpl) dan Temanggung. Jika berada di puncaknya, kita dapat melihat pemandangan di sekitarnya, bagian lereng gunung ditanami hamparan kebun teh yang mengelilinginya, menjadikan lereng sindoro terlihat hijau sepanjang tahun dan biasa disebut green belt.  Di bagian timur dari puncak datar seluas 400 x 300 m terdapat kawah kembar besar berukuran 210 x 150 m, sedangkan dataran Segero Wedi, Banjaran, di bagian barat dan utara, adalah sisa dari kawah utama dan sekunder.  Kerucut dan kawah parasit ditemukan di lereng barat daya dan timur laut dan di kaki tenggara. Beberapa ratus bukit di kaki timur laut menurut Taverne dan van Bemmelen merupakan sisa erosi dari suatu longsoran tanah sebelum tanah sebelum sejarah atau dari lahar.
 Setelah semalaman prepare barang-barang pendakian , esok hari aku langsung kumpul di GSG bareng riza tepat pukul 09.00 WIB , kalau dilihat dari waktunya sudah pasti kami sudah ngaret 30 menit , tapi realnya di GSG ternyata baru ada bunga , ratih , mas hilman dan mbak yenni.
 Ooooo ya pendakian kali ini skuadnya ada 17 orang , here we are :
1.  Mas okky (2007) 
2.mas catra (2008)
3.mas zulfa , mas angga , mas wilis (2009) 
4.mas iman , mas padang , mas arief , mas hilman , mas angga, mas yogi , mas agung, mb yenni (2010) 
5.aku , riza , bunga , ratih (2011)











Nunggu nunggu dan nunggu selama kurang lebih 2 jam kami nunggu , dan baru sekitar jam 10.00 WIB para personil berdatangan.  Setelah personil lengkap , mas hilman selaku ketupat pendakian ini memberikan briefing kepada teman-teman mulai dari pengecekan barang-barang sampai hal-hal yang harus dijaga ketika naik gunung nanti seperti sifat dan tutur kata.  Setelah dirasa cukup , kami mulai siap-siap berangkat mengendarai sepeda motor dengan pasangan bonceng yang sudah ditentukan :
Mas zulfa – mas angga                     mas wilis – bunga      restu - riza
Mas catra – mas okky                      mas angga ’10 – ratih
Mas agung – mas padang                 mas iman - ..............
Mas hilman – mb yenni                     mas arief – mas yogi
Kita berangkat dari pom bensin SPBU Diponegoro, sebelum itu tidak lupa rombongan berdoa dulu semoga selamat dan lancar dalam perjalanan dan foto dulu pastinya gak ketinggalan ^^
 Perjalanan berangkat memilih rute melalui Bandungan.  Seperti yang sudah diketahui rute perjalanan Bandungan jalannya subhanallah banget penuh dengan turunan dan tikungan tajam , rute yang tidak bisa dikatakan gampang.  Perjalanan kalau tidak ada tantangannya tidaklah asyik hehehe.  Estimasi sampai Desa Kledung kurang lebih 2.5 jam , tetapi di tengah perjalanan tiba-tiba motor riza mogok dan gak bisa dihidupin mesinnya.  Cek dan ricek olinya habis saudara-saudar  :D :D :D , lalu mas iman pergi ke bengkel terdekat untuk beli oli.
  Pada cobaan kali ini , aku merasakan rasa kekeluargaan yang erat dari rombongan yang didominasi oleh kakak angkatan.  Mereka tetap sabar menunggu dan membantu , tidak ada sedikitpun kekesalan yang tampak dari wajah mereka^^
            Setelah pengecekan oli , perjalanan dimulai kembali.  Belum mulai mendaki gunungpun kami sudah serasa mendaki gunung melewati rute Bandungan yang naik turun.  Sisa perjalanan kami lewati dengan lancar.  Tidak terasa 3 jam perjalanan kami tempuh.  Kami sampai di daerah Kledung sekitar pukul 13.00 WIB , lalu kami istirahat shalat Dhuhur dulu.  Setelah itu kami makan siang.  Saat pertama kali sampai di Desa Kledung , hawa dingin sudah kami rasakan.  Air untuk wudhu dinginnyaaaaaaa sampai menusuk tulang belulang. 
Setelah selesai makan kami menuju ke basecamp pendakian Sindoro.  Basecamp gunung Sindoro masih sangat rendah karena sangat dekat dengan jalan besar.  Basecamp ini juga menjadi markas dari tim SAR yang bernama GRASINDO. Disini sudah ada tempat istirahat, toilet, tempat ibadah, penjualan souvenir, dan makanan.  Sebaiknya sebelum mendaki Sindoro, sediakan perbekalan air yang lebih karena gunung Sindoro miskin akan mata air. Hampir tidak ada sumber air di atas gunung ini. Lebih baik bawa perbekalan makanan segar dari bawah seperti nasi bungkus yang memang sudah disediakan oleh basecamp untuk menghemat air.  Sebaiknya Pendakian Gunung ini di lakukan pada musim penghujan, seperti bulan November, Desember dan Januari.  Di sini kami menitipkan motor terlebih dahulu.  Setelah itu dilakukan final checking per kelompok dengan koordinator mas catra , mas arief , dan mas izul (kalau gak salah ingat :D).
 
Dan perjalanan pendakianpun dimulaiiiiiiii ....................... ( 14 Juli 2012 14.00 WIB )
Perjalanan diawali dari basecamp melewati perkampungan penduduk. Selanjutnya menapaki jalan berbatu sejauh sekitar 2 km melintasi kebun penduduk yang didominasi oleh tanaman jagung. Selain jagung perjalanan juga didominasi oleh kebun tembakau , maklum Temanggung merupakan penghasil tembakau terbaik di Indonesia.  Setelah 15 menit perjalanan , kami istirahat sebentar dulu :D.  Kira-kira 30 menit perjalanan , perutku sudah kerasa mual dan ternyata benar setelah itu aku muntah – muntah : cek ricek tadi  makan  pedes
-______-
Lalu mas arief memberiku tolak angin , setelah meminumnya perutku sudah mulai enakan.  Mas catra untuk sementara membawa tas punggungku , sedangkan mas agung membawa tas sampingku dan mas iman membawa tas persediaan minumku*hehehehe........
            Serasa melihat keadaan kami *5 wanita , Allah berbaik hati mengirimkan truk untuk mengantar kami puluhan meter mendekati track awal pendakian hehehe ^^
Terima kasih banget kepada bapak yang lagi panen sayur itu mau mengantarkan kami.  Semoga ladangnya sering panen ya pak ^^
Catatan saja : Dari basecamp, jalan yang  harus kami tempuh adalah ladang-ladang tembakau penduduk sekitar satu jam sebelum masuk hutan.  Terdapat tukang ojek yang bisa mengantarkan kita dari basecamp sampai pintu masuk hutan (watu gede) dengan tarif Rp. 15.000, sebenarnya lumayan menghemat tenaga. Saya sarankan untuk naik ojek saja, karena jalur ladang ini lumayan mengesalkan walaupun jalannya datar namun cukup jauh.
            Dari Watu Gede kami berjalan memasuki hutan-hutan yang lumayan gelap. Trek dari Watu Gede sampai ke pos 1 Sibajing tidaklah sulit.  Jalannya landai, hanya saja sempit.   Track pendakian Sindoro awalnya jalan lurus , tetapi setelah itu sudah mulai jalan berbatu dengan kemiringan 30 derajat.  Sepanjang perjalanan nafas kami sudah mulai pendek-pendek karena hawa dingin yang menusuk tapi kami tetap semangat untuk melakukan pendakian itu.  Track awal landai kemudian sedikit menanjak ketika memasuki kawasan hutan pinus menjelang Pos 1 Sibajing, dengan ketinggian 1.900 mdpl.  Di pos I ini kami istirahat sejenak untuk shalat Ashar dan minum-minum dulu.
Perjalanan dilanjutkan dari Pos I ini kita berbelok ke kanan , jangan mengambil jalan lurus karena buntu.  Jalurnya sedikit menanjak, namun masih tergolong relatif mudah.   Dari sini kami harus mendaki melewati dua buah bukit.   Pada bukit yang berikutnya kami melewati jembatan kayu yang terdiri dari tiga kayu yang dijejerkan.   Jembatan ini bisa menjadi patokan kami.   Pohon lamtoro dan pinus yang cukup lebat di sepanjang jalur cukup membuat suasana menjadi sejuk. Pos II berada pada ketinggian 2.120 mdpl.
Dari pos II, kami berjalan kembali menuju pos III Seroto pada ketinggian 2.530 mdpl . Menuju Pos III medan mulai terjal dan berbatu, terdapat sebuah batu yang sangat besar di tengah jalan setapak. Pendaki dapat beristirahat di atas batu sambil menikmati pemandangan alam. Jalan tanah berdebu bercampur kerikil seringkali menyulitkan pendakian. Medan mulai terbuka kembali sehingga di siang hari akan terasa panas. Gunung sumbing sudah mulai kelihatan, sangat tingi dan besar sehingga bisa menjadi hiburan selama pendakian yang melelahkan.

Jalur yang kami lewati lumayan menanjak, perpaduan kerikil dan pasir membuat tanahnya berdebu, sehingga kami harus menggunakan slayer kami sebagai penutup hidung dari debu. Kami berhenti sejenak pada sebuah batu yang cukup besar. Katanya batu besar ini dulunya merupakan bekas candi, karena bentuknya juga lumayan simetris. Dari batu ini kami naik lagi, hutan mulai terbuka dan angin malam mulai menerpa kami. berhenti sejenak saja, dingin langsung menjalar ke sekujur tubuh. Semakin keatas semakin terbuka, nah saat berada di tempat datar yang cukup luas, disitulah pos III Seroto berada. Tempat tersebut dapat menampung belasan tenda. Kami disini beristirahat cukup lama.  Pemandangannya bagus. Karena cuaca saat itu cerah, maka Gunung Sumbing terlihat sangat mempesona walau di kegelapan malam. berjalan ke arah jurang, kita dapat melihat lampu-lampu kota wonosobo berkerlap-kerlip.  Dari sini kita akan menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah gunung Sumbing. Pemandangan lereng terjal gunung Sindoro serta puncak bayangan yang nampak di depan mata sangat indah untuk dinikmati. 
Saat sampai di pos III ini hari sudah malam , untuk waktu-waktunya sendiri sampai di pos I, II, III jam berapa aku sendiri tidak terlalu ingat karena yaaaa untuk jalan aja nafas udah mau habis jadi gak kepikiran untuk mengingat ingat apalagi mencatat di note hehehehe ...
Mengingat tenaga yang sudah terkuras juga , rombongan kami memutuskan untuk nge-camp di Pos III ini.  Tenda-tenda mulai didirikan oleh mas mas angkatan, sembari menunggu tendanya jadi kami para wanita menyiapkan air panas untuk membuat kopi dan mie.
Di pos III ini kami menunaikan shalat Maghrib diJama’ dengan shalat Isya’.  Setelah shalat aku dan teman-teman menikmati mie dan kopi dengan beralaskan tanah beratapkan langit yang penuh dengan bintang *subhanallah indahnya J.... Sembari ngopi kami juga ngobrol ngalor ngidul gak jelas juntrungannya hingga satu per satu dari kami masuk tenda karena sudah ngantuk banget.  Tenda yang ada kalo gak salah ada 3-4 dan tiap tenda ada sekitar 5 orang.  Kami tidur sekitar jam 11 malam.  Baru beberapa menit kami tidur, tiba-tiba dikagetkan dengan tarikan nafas putus-putus dari mbak yenni , kami sontak kaget lalu memanggil mas-mas angkatan.  Mas hilman langsung memberikan jaket bertumpuk-tumpuk ke badan mbak yeni, sampai dibungkus sleeping bag juga.  Ternyata mbak yeni kena hipotermia , suatu kondisi saat badan gak kuat dengan hawa dingin.  Memang udara saat itu hampir mendekati minus derajat.  Rencana awal kita akan melanjutkan perjalanan ke puncak adalah jam 4 selepas subuh karena kami ingin melihat sunrise dari puncak Sindoro tetapi kami memutuskan menunggu keadaan mbak yenni membaik terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.  Namun, mas catra dan mas angga memutuskan untuk muncak sesuai rencana awal jadilah mas catra mas angga berangkat terlebih dahulu.  Sekitar pukul 5 kami melanjutkan kembali perjalanan.
Kami kembali melanjutkan perjalanan lebih keatas lagi. Jalur dari pos III ke atas sudah mulai sulit didaki karena lumayan curam, berbatu, berkerikil, serta berdebu. Setelah memanjat sekitar satu jam, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di tempat datar sebelah kiri kami. Sebenarnya lokasinya tidak terlalu jauh dari pos III, hanya saja treknya lumayan terjal sehingga membutuhkan waktu mendaki yang agak lama.
            Dari Pos III pendakian dilanjutkan dengan melintasi jalan berbatu yang terjal disertai dengan kerikil dan debu. Meskipun medan sangat berat kawasan ini agak rindang karena banyak ditumbuhi oleh pohon lamtoro dan tanaman perdu. namun hanya sebentar ..... Jalur hutan kembali terbuka jalannya lebih curam dan sulit. Batu-batu besar mulai bermunculan disekeliling rumput-rumput hijau dan semak-semak belukar. Pohon-pohon lamtoro tampak berdiri jarang-jarang, sesekali hanya satu batang pohon saja. Pemandangan ini sungguh eksotis, bayangkan padang rumput, dengan batu-batu besar dan pohon kurus tinggi yang berdiri sendiri, sungguh beautiful! sayangnya jalannya menanjak. Puncak-puncak bayangan mulai terlihat, dimana saat kita melihat keatas, tampak ujung dari tanjakan yang setelah kita naiki ternyata masih ada tanjakan lainnya.  Setelah mencapai puncak bayangan pertama, pendaki harus menghadapi puncak bayangan berikutnya yang kelihatan sangat tinggi dan curam.
Dari puncak bayangan satu ke yang lainnya jalurnya sungguh terjal. Lumayan menguras tenaga. Disinilah air sangat dibutuhkan. Pada saat kami benar-benar ngos-ngosan, kami menjumpai tanah datar .  Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, angan-angan untuk melihat sunrise di puncak pupus sudah karena puncak masih jauh sedangkan matahari sudah mulai menyunggingkan senyumnya *-*

Sembari menunggu detik-detik kemunculan sang surya kami foto-foto dulu sambil mengumpulkan tenaga.  Menyaksikan sunrise di puncak bayangan pertama ini sungguh tak bisa dilukiskan dengan kata-kata betapa indahnya.  Matahari muncul dari sebelah timur , dan dari puncak bayanan pertama inilah gunung Sumbing, Merbabu dan Merapi tampak dengan jelas meskipun agak diliputi awan-awan yang beterbangan*jadi serasa di negeri
awan ^^
 
 
Setelah dirasa cukup istirahatnya, rombongan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.  Menuju puncak bayangan ke dua yang terjal dengan medan yang berbatu sungguh sangat melelahkan, terutama bila dilakukan pendakian pada siang hari akan terasa sangat panas dan kita akan sering kehausan. Beruntung medan yang kita lewati ditumbuhi oleh pohon lamtoro dalam jarak yang agak dekat sehingga bisa digunakan untuk berteduh. 
 
Di sinilah rombongan kami mulai gugur satu persatu.  Dimulai dari mbak yenni yang ditemani ratih dan mas hilman.  Selang beberapa waktu mas wilis yang keseleo juga harus berhenti di track ini.  Lintasan berikutnya melewati medan berbatu dengan tanaman edelweis. Jalurnya sungguh sangat berat, terjal dan terbuka, sehingga panas matahari begitu mengganggu perjalan kami. bunga-bunga edelweis berada disekeliling kami, memandangi kami dengan rasa iba. Pemandangannya di padang edelweiss ini cukup indah. Jika menengok kebelakang kita dapat melihat gumpalan-gumpalan awan dan sosok raksasa gunung Sumbing.  Di medan ini mas angga dan mas yogi juga harus rela untuk tidak merasakan betapa wahnya PUNCAK !! Sungguh disayangkan kalau ke-6 personil kami harus berhenti di tengah jalan karena memang sayang sekali tinggal beberapa jam lagi puncak sudah bisa kita rasakan sensasinya ƪ(•**•)ʃ
Akhirnya dengan sisa personil yang ada yaitu 9 orang karena yang 2 (mas catra mas angga sudah duluan) kami melanjutkan perjalanan ke puncak bayangan kedua.  Sesampainya di puncak bayangan kedua setelah melewati hutan edelweis, medan kembali terbuka dan harus melintasi batu-batu besar. Puncak gunung yang sesunguhnya masih belum nampak karena tertutup pandangan oleh pohon-pohon edelweis.

 
Setelah melewati hutan edelweis, kami masih harus naik lagi, terdapat pohon-pohon yang lumayan tinggi, sehingga dapat dijadikan tempat berteduh .  Jalur akhir menuju puncak ini medannya sangat berat, selain terjal dan terbuka, panas matahari sangat terasa menyengat, kelelahan dan kehausan menyertai para pendaki. Batu-batu besar menjadi pijakan di sepanjang lintasan. Di siang hari pasir dan batu terasa sangat panas bila disentuh, terutama batu yang berwarna hitam bila dipegang terasa sangat panas sekali. Tidak mengherankan jika di gunung Sindoro ini sering terjadi kebakaran. Menjelang puncak pohon edelweis banyak tumbuh sehingga bisa menjadi tempat berlindung dari teriknya matahari.  Selama perjalanan sudah tidak terhitung berapa kali kami terpeleset tergelincir mengingat medannya yang curam.  Sering juga kita tertipu dengan puncak-puncak bayangan di Sindoro (ʃ˘̩̩˘̩ƪ) .
Khusus aku sendiri , saat melewati padang edelweise ini jujur nafasku kalau bisa dikatakan habis ya sudah habis sudah ngiritttttttttttttt banget ngambil oksigennya.  Maklum semakin tinggi suatu daratan semakin sedikit pula kadar oksigennya.  Jadi kalau gak ngirit-ngirit nafasnya bisa pingsan karena pasokan oksigen ke otak semakin menipis. Di saat saat kritis kaya gini hanya Allah dan ibukku yang aku ingat dan aku sebut dalam doaku dalam tiap tarikan nafasku, setiap langkahku yang terasa berat dan nafasku yang semakin terengah-engah memintaku untuk stop tapi keinginanku untuk sampai di puncak ternyata lebih besar.  Jadi aku memutuskan untuk terus muncak sekalipun wow rasanya ^^
            Selama perjalanan menuju puncak terakhir kami selingi dengan berfoto di padang edelweis. Padang edelweis ini mirip sekali dengan padang rumput di film teletubbies ^^
Bunga edelweise bermekaran dimana-mana , tersebar di seluruh penjuru lereng Sindoro.  Bunganya putih ungu kecil-kecil cantik sekali.  Bunga inilah yang orang-orang biasa simbolkan sebagai bunga abadi.  Alasan konkretnya sendiri aku juga tidak terlalu paham , tapi menurutku pantas kalau disebut bunga abadi karena memang sekalipun sudah dipetik dari pohonnya bunga ini gak akan mati gak akan layu.  Selain itu bunga edelweis hanya tumbuh di puncak-puncak tertinggi gunung-gunung tertentu.  Butuh ekstra perjuangan untuk mendapatkan bunga ini.  Jadi kalau misalnya seorang istri mendapat bunga edelweise dari suaminya yang metik sendiri , patut berbahagialah sang istri xixixixixixixi ^^
Pendakian menuju puncak akhirnya BERHASIL !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! berhasil berhasil hore !! loghisimos \(^_^\) (/^_^)/
Akhirnya ke-9 prajurit ini sampai juga di Puncak Sindoro bersama mas catra dan mas angga yang sudah sampai duluan ^^ (mas okky, mas izul, mas padang, mas arief, mas agung, mas iman, aku, riza, dan bunga).  Bahagia banget !!
Rasa capek yang melumpuhkan sendi-sendiku rasanya terangkat sudah terbayar sudah sesampainya di puncak ini.
Rasanya plonggggggggggggggg ............................................
Subhanallah subhanallah subhanallah kata-kata yang spontan tak henti hentinya meluncur dari mulutku.  Dan acara foto-fotopun terjadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ^^


 
Puncak gunung Sindoro tidak terlalu luas tetapi melingkar mengelilingi kawah. Banyak terdapat batu-batu besar dan ditumbuhi tanaman edelweis. Dari puncak gunung Sindoro pemandangan ke arah selatan terlihat gunung Sumbing sangat indah sekali. Sedikit ke arah timur nampak gunung Merbabu dan gunung Merapi yang diselimuti awan.
Kita bisa turun ke dalam kawah yang cukup lebar sambil menikmati aroma belerang yang keluar dari asap di dalam kawah. Kawah ini pada musim hujan akan terendam oleh air sehingga membentuk danau kawah yang dapat kita minum airnya, namun sayang kami mendaki pada musim kemarau, sehingga tidak berkesempatan melihat danau kawah tersebut.  Kawah gunung Sindoro cukup luas, pendaki dapat turun ke dasar kawah.  Di musim kemarau kawah gunung Sindoro masih menyisakan genangan-genangan air yang bercampur dengan belerang sehingga terasa asam bila diminum. 
Terik matahari sangat menyengat, panasnya ngga nahan!!  Di puncak kami puas-puasin foto-foto, puas-puasin menikmati pemandangan yang luar biasa indah, dan puas-puasin perjuangan kami yang lumayan wow ini. Dari puncak, jika kita menghadap ke arah selatan maka akan tampak gunung Sumbing yang kelihatan megah, sedikit kearah timur maka akan tampak gunung merbabu dan merapi di kejauhan.  Sungguh menakjubkan! !!!
 








 









 
Jujur di puncak ini tenagaku hanya tinggal 1 watt -_____-
kakikukakukaku sudah gak kuat lagi untuk menopang tubuhku.  Setelah puas berfoto-foto aku langsung tertidur di batu yang banyak bertebaran di sekeliling puncak.  Sebelum tidur aku sempat melihat kalau mas izul dan mas arief *apa mas agung ya lupa hehe .. mereka turun ke kawah dan menulis dengan batu kata HIMASTA UNDIP.  Yaaa sedikit bukti kalau Himasta UNDIP pernah sampai Kawah Puncak Sindoro ^^
Puncak gunung selalu menampilkan pemandangan dan kepuasan batin tersendiri bagi para pendakinya. Kami turun gunung sekitar pukul satu siang. Hati-hati saat turun karena jalannya merupakan campuran kerikil, debu, dan pasir sehingga jika kita lengah, bisa-bisa kita tergelincir.  Perjalanan pulang lebih santai dibandingkan perjalanan berangkat ^^
Moment lucu saat turun gunung adalah saat sampai di Padang Lamtoro aku, riza, bunga, mas padang, mas agung turun dengan cara prosotan di rumput rumputnya. Hemat waktu tenaga sekaligus SERUUUUUUUUUUUU !!!!!!!!! ^^d
Waktu turun gunung hujan mulai turun jadi kami memakai mantel.  Kami sampai di bawah tepatnya di kawasan pintu hutan sekitar pukul 5.  Dan suasananya sudah penuh dengan kabut putih.  Jalanan sudah tidak terlihat sehingga kami naik ojek bergantian.  Sesampainya di camp kami langsung shalat.  Setelah shalat rombongan kami pulang ke Tembalang.  Kami tiba di tembalang sekitar pukul 10 malam.
Note : perjalanan turun gunungnya saya skip saja detailnya .. cukup gambaran umumnya saja yang saya tulis ^^



Hikmahnyaaa :::
Salah satu ciptaan Tuhan yang ada di alam ini adalah berdiri dengan kokohnya gunung yang menancapkan kakinya ke bumi. Terlihat indah lereng gunung dengan hijaunya tanaman yang tumbuh di punggung gunung. Saat naik gunung berjalan di jalan setapak yang berliku dan menanjak, kita bisa melihat di sisi kanan dan kiri jalan yang menanjak, terdapat jurang dalam menganga terkadang sering tertutup kabut tebal saat mendaki.
Menelusuri lembah dan menembus rimbunnya hutan pegunungan juga memicu adrenalin dan menjadi tantangan tersendiri bagi pendaki. Apalagi jika masih ada binatang liar di sekitar jalur pendakian. Mendaki gunung tidak sekedar menaklukkan puncak tertinggi, tetapi juga menguji nyali.
Apakah kita kuat berjalan sampai ke puncak atau putus di tengah jalan lalu balik turun,  akan mengukur diri ini sudah sejauh mana mental kita kuat bertahan jika menghadapi tantangan dalam perjalanan mendaki gunung.
Apalagi bila sudah sampai di puncak gunung, bisa melihat terbitnya sinar mentari di ufuk timur lalu masuk ke kawahnya, akan menyadari betapa diri ini kecil sekali bila dibandingkan dengan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Subhanallah , terima kasih untuk karunia Allah yang sungguh tak terbatas ..
 terima kasih karena telah mengizinkanku menapaki lereng Gunung Sindoro hingga sampai di puncaknya. sungguh pengalaman luar biasa yang tidak setiap orang memiliki kesempatan yang sama mengalaminya.
Terima kasih tak lupa untuk HIMASTA 2012 especially Departemen 3 yang telah bersusah payah menguras pikiran, tenaga dan dana untuk mengadakan proker pendakian ini.
Terima kasih untuk kakak angkatan 2008, 2009, 2010 yang senantiasa sabar menungguku dalam pendakian ini.  Terima kasih untuk tolak anginnya , terima kasih sudah membawakan tas-tas saya : mas iman, mas agung, mas catra ^^
mas izul yang tak lelah memberikan semangat kepada kami (bunga, riza, aku ) untuk terus mendaki sampai puncak Sindoro di saat kami sudah mencapai titik lelah yang teramat sangat mendekati putus asa hahahahaha .. terima kasih terima kasih .. maaf banyak merepotkan :D
terima kasih untuk pengalaman mengesankan ini kawan-kawan seperjuangan  mas okky (2007), mas catra (2008), mas izul , mas angga , mas wilis (2009), mas iman , mas padang , mas arief , mas hilman , mas angga, mas yogi , mas agung, mb yenni (2010) serta riza , bunga , ratih (2011)
thank you !!!
You’ll Never Walk Alone #YNWA Guysssssss !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


*EDELWEISE*

No comments:

Post a Comment