*gunung Sindoro dari balik edelweise* |
Ini
adalah pendakian pertamaku di tingkat universitas , proker pendakian ini pula
yang dulu memotivasiku untuk bisa menjadi pengurus HIMASTA. Tujuan pendakian kali ini adalah Gunung
Sindoro yaitu 3153 mdpl via daerah Kledung , Temanggung (kurang lebih 1 jam
perjalanan dari kota kelahiranku, Magelang :D).
Rencana pendakian dimulai dengan berkumpul di GSG pukul 08.30 pada hari
Sabtu 14 Juli 2012.
Sebelum
hari H , H-1 ada briefing yang diberikan oleh mas hilman dan senior senior
tentang seluk beluk pendakian Sindoro.
Briefing ini dilakukan di Prof.Soedharto sayap kiri jamnya lupa :D. Di situ ada beberapa anggota Departemen 3
seperti : mas arief ‘10, mas Hilman’10, dan Ariyo’11 ada juga senior yang sudah
sering muncak mas Catra ’08 , mas Angga ’09, dan mas Zulfa aka mas Izul ’09
serta para wonder woman 2011 yang berencana ikutan muncak : bunga, aku, ratih
dan riza. Kami, 4 wanita ini saat
memutuskan muncak bukanlah sesuatu yang mudah, perang batin tak luput dari bayangan. Banyak pihak yang khawatir tentunya orang tua serta teman-teman yang sedikit banyak meragukan kemampuan kami hahaha. Tapi untungnya H-1 restu orang tua sudah saya kantongi begitu pula dengan riza dan bunga. Briefing dimulai dengan pembukaan oleh mas Hilman dengan membagi cheklist dasar pendakian yang berisi barang-barang pribadi dan kelompok yang harus dibawa serta tips-tips ketika tersesat di Gunung.
memutuskan muncak bukanlah sesuatu yang mudah, perang batin tak luput dari bayangan. Banyak pihak yang khawatir tentunya orang tua serta teman-teman yang sedikit banyak meragukan kemampuan kami hahaha. Tapi untungnya H-1 restu orang tua sudah saya kantongi begitu pula dengan riza dan bunga. Briefing dimulai dengan pembukaan oleh mas Hilman dengan membagi cheklist dasar pendakian yang berisi barang-barang pribadi dan kelompok yang harus dibawa serta tips-tips ketika tersesat di Gunung.
Dari
barang-barang yang harus dibawa , saya hanya membawa 1 ransel, jaket, jas
hujan, minum 3 botol, 2 celana training, sandal sepatu, senter, kaos kaki dan
kaos tangan serta makanan sedangkan peralatan kelompok sepenuhnya diurus mas
mas yang baik hehehehe*salah satu untungnya jadi kaum minoritas pendakian ya
ini semua dihandle oleh mas mas :D ..
Kisah tersendiri dariku , ada temen kosku
“Nia” yang tau kalo aku mau muncak tapi begitu tau kalau persiapanku minim
banget dia langsung sewot hahahhahahaha.
Alhasil dia nyuruh aku bawa jaketnya yang suka dia pake kalo mudik ke
Bandung dan disuruh bawa macem-macem roti *khas mak mak banget tu anak -_____-
Setelah
dibeberkan peralatan yang harus dibawa, mas Izul memberikan gambaran sekilas
tentang Gunung Sindoro. Gunung Sindoro -
3.153 m.dpl, setidaknya ada tiga nama yang dikenal baik oleh masyarakat,
Sindoro, Sundoro atau Sendoro. Salah satu
gunung favorit pendaki yang berada di Jawa Tengah. Terutama bagi yang mencari
triple S (Slamet, Sindoro, Sumbing). Bentuknya yang kerucut bertipe strato
terlihat seperti saudara kembar dengan gunung Sumbing yang bersebelahan. Untuk
mencapai gunung ini tidak terlalu sulit karena berada di jalur utama
Wonosobo-Magelang. Umumnya jalur yang paling ramai dilewati adalah jalur
Kledung, Temanggung. Selain itu ada pula jalur lain yang cukup bagus yaitu
jalur Sigedang.
Dari
kejauhan nampak seperti dua saudara kembar antara Sindoro dan Sumbing, berdiri
kokoh di batas Kabupaten Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota
Wonosobo. Diantara keduanya, dipisahkan oleh pelana Kledung (1.405 m.dpl) yang
melintasi jalan raya, menghubungkan Wonosobo dengan kota Magelang.
Koordinat letak geografis gunung Sindoro
ada pada 7° 18′LS dan 109° 59.5′ BT dan memiliki areal Kawasan Hutan cukup luas
yang di kelola oleh PERHUTANI Wonosobo (772 m.dpl) dan Temanggung. Jika berada
di puncaknya, kita dapat melihat pemandangan di sekitarnya, bagian lereng
gunung ditanami hamparan kebun teh yang mengelilinginya, menjadikan lereng
sindoro terlihat hijau sepanjang tahun dan biasa disebut green belt. Di
bagian timur dari puncak datar seluas 400 x 300 m terdapat kawah kembar besar
berukuran 210 x 150 m, sedangkan dataran Segero Wedi, Banjaran, di bagian barat
dan utara, adalah sisa dari kawah utama dan sekunder. Kerucut dan kawah parasit ditemukan di lereng
barat daya dan timur laut dan di kaki tenggara. Beberapa ratus bukit di kaki
timur laut menurut Taverne dan van Bemmelen merupakan sisa erosi dari suatu
longsoran tanah sebelum tanah sebelum sejarah atau dari lahar.
Setelah semalaman prepare barang-barang
pendakian , esok hari aku langsung kumpul di GSG bareng riza tepat pukul 09.00
WIB , kalau dilihat dari waktunya sudah pasti kami sudah ngaret 30 menit , tapi
realnya di GSG ternyata baru ada bunga , ratih , mas hilman dan mbak yenni.
Ooooo ya pendakian kali ini skuadnya ada 17
orang , here we are :
1. Mas
okky (2007)
2.mas
catra (2008)
3.mas
zulfa , mas angga , mas wilis (2009)
4.mas
iman , mas padang , mas arief , mas hilman , mas angga, mas yogi , mas agung,
mb yenni (2010)
5.aku ,
riza , bunga , ratih (2011)
Nunggu
nunggu dan nunggu selama kurang lebih 2 jam kami nunggu , dan baru sekitar jam
10.00 WIB para personil berdatangan.
Setelah personil lengkap , mas hilman selaku ketupat pendakian ini memberikan
briefing kepada teman-teman mulai dari pengecekan barang-barang sampai hal-hal
yang harus dijaga ketika naik gunung nanti seperti sifat dan tutur kata. Setelah dirasa cukup , kami mulai siap-siap
berangkat mengendarai sepeda motor dengan pasangan bonceng yang sudah
ditentukan :
Mas zulfa – mas angga mas wilis – bunga restu - riza
Mas catra – mas okky mas angga ’10 – ratih
Mas agung – mas padang mas
iman - ..............
Mas hilman
– mb yenni mas arief –
mas yogi
Kita
berangkat dari pom bensin SPBU Diponegoro, sebelum itu tidak lupa rombongan
berdoa dulu semoga selamat dan lancar dalam perjalanan dan foto dulu pastinya
gak ketinggalan ^^
Perjalanan berangkat memilih rute
melalui Bandungan. Seperti yang sudah
diketahui rute perjalanan Bandungan jalannya subhanallah banget penuh dengan
turunan dan tikungan tajam , rute yang tidak bisa dikatakan gampang. Perjalanan kalau tidak ada tantangannya
tidaklah asyik hehehe. Estimasi sampai
Desa Kledung kurang lebih 2.5 jam , tetapi di tengah perjalanan tiba-tiba motor
riza mogok dan gak bisa dihidupin mesinnya.
Cek dan ricek olinya habis saudara-saudar :D :D :D , lalu mas iman pergi ke bengkel
terdekat untuk beli oli.
Pada cobaan kali ini , aku merasakan
rasa kekeluargaan yang erat dari rombongan yang didominasi oleh kakak angkatan. Mereka tetap sabar menunggu dan membantu ,
tidak ada sedikitpun kekesalan yang tampak dari wajah mereka^^
Setelah pengecekan oli , perjalanan
dimulai kembali. Belum mulai mendaki
gunungpun kami sudah serasa mendaki gunung melewati rute Bandungan yang naik
turun. Sisa perjalanan kami lewati
dengan lancar. Tidak terasa 3 jam
perjalanan kami tempuh. Kami sampai di
daerah Kledung sekitar pukul 13.00 WIB , lalu kami istirahat shalat Dhuhur
dulu. Setelah itu kami makan siang. Saat pertama kali sampai di Desa Kledung ,
hawa dingin sudah kami rasakan. Air
untuk wudhu dinginnyaaaaaaa sampai menusuk tulang belulang.
Setelah
selesai makan kami menuju ke basecamp pendakian Sindoro. Basecamp gunung Sindoro masih sangat rendah
karena sangat dekat dengan jalan besar. Basecamp ini juga menjadi markas dari tim SAR
yang bernama GRASINDO. Disini sudah ada tempat istirahat, toilet, tempat
ibadah, penjualan souvenir, dan makanan. Sebaiknya sebelum mendaki Sindoro, sediakan
perbekalan air yang lebih karena gunung Sindoro miskin akan mata air. Hampir
tidak ada sumber air di atas gunung ini. Lebih baik bawa perbekalan makanan
segar dari bawah seperti nasi bungkus yang memang sudah disediakan oleh
basecamp untuk menghemat air. Sebaiknya Pendakian
Gunung ini di lakukan pada musim penghujan, seperti bulan November, Desember
dan Januari. Di sini kami menitipkan motor terlebih
dahulu. Setelah itu dilakukan final
checking per kelompok dengan koordinator mas catra , mas arief , dan mas izul
(kalau gak salah ingat :D).
Dan
perjalanan pendakianpun dimulaiiiiiiii ....................... ( 14 Juli 2012 14.00
WIB )
Perjalanan diawali dari basecamp melewati perkampungan
penduduk. Selanjutnya menapaki jalan berbatu sejauh sekitar 2 km melintasi
kebun penduduk yang didominasi oleh tanaman jagung. Selain jagung perjalanan juga didominasi
oleh kebun tembakau , maklum Temanggung merupakan penghasil tembakau terbaik di
Indonesia. Setelah 15 menit perjalanan ,
kami istirahat sebentar dulu :D.
Kira-kira 30 menit perjalanan , perutku sudah kerasa mual dan ternyata
benar setelah itu aku muntah – muntah : cek ricek tadi makan pedes
-______-
Lalu mas
arief memberiku tolak angin , setelah meminumnya perutku sudah mulai
enakan. Mas catra untuk sementara
membawa tas punggungku , sedangkan mas agung membawa tas sampingku dan mas iman
membawa tas persediaan minumku*hehehehe........
Serasa melihat keadaan kami *5
wanita , Allah berbaik hati mengirimkan truk untuk mengantar kami puluhan meter
mendekati track awal pendakian hehehe ^^
Terima
kasih banget kepada bapak yang lagi panen sayur itu mau mengantarkan kami. Semoga ladangnya sering panen ya pak ^^
Catatan
saja : Dari basecamp, jalan yang harus
kami tempuh adalah ladang-ladang tembakau penduduk sekitar satu jam sebelum
masuk hutan. Terdapat tukang ojek yang
bisa mengantarkan kita dari basecamp sampai pintu masuk hutan (watu gede)
dengan tarif Rp. 15.000, sebenarnya lumayan menghemat tenaga. Saya sarankan
untuk naik ojek saja, karena jalur ladang ini lumayan mengesalkan walaupun jalannya
datar namun cukup jauh.
Dari Watu Gede kami berjalan
memasuki hutan-hutan yang lumayan gelap. Trek dari Watu Gede sampai ke pos 1
Sibajing tidaklah sulit. Jalannya
landai, hanya saja sempit. Track
pendakian Sindoro awalnya jalan lurus , tetapi setelah itu sudah mulai jalan
berbatu dengan kemiringan 30 derajat. Sepanjang
perjalanan nafas kami sudah mulai pendek-pendek karena hawa dingin yang menusuk
tapi kami tetap semangat untuk melakukan pendakian itu. Track awal landai kemudian sedikit menanjak ketika
memasuki kawasan hutan pinus menjelang Pos 1 Sibajing, dengan ketinggian 1.900
mdpl. Di pos I ini kami istirahat
sejenak untuk shalat Ashar dan minum-minum dulu.
Perjalanan dilanjutkan dari Pos I ini kita berbelok ke
kanan , jangan mengambil jalan lurus karena buntu. Jalurnya
sedikit menanjak, namun masih tergolong relatif mudah. Dari sini kami harus mendaki melewati dua
buah bukit. Pada bukit yang berikutnya
kami melewati jembatan kayu yang terdiri dari tiga kayu yang dijejerkan. Jembatan ini bisa menjadi patokan kami. Pohon lamtoro dan pinus yang cukup lebat di
sepanjang jalur cukup membuat suasana menjadi sejuk. Pos II berada pada
ketinggian 2.120 mdpl.
Dari
pos II, kami berjalan kembali menuju pos III Seroto pada ketinggian 2.530
mdpl . Menuju Pos III
medan mulai terjal dan berbatu, terdapat sebuah batu yang sangat besar di
tengah jalan setapak. Pendaki dapat beristirahat di atas batu sambil menikmati
pemandangan alam. Jalan tanah berdebu bercampur kerikil seringkali menyulitkan
pendakian. Medan mulai terbuka kembali sehingga di siang hari akan terasa
panas. Gunung sumbing sudah mulai kelihatan, sangat tingi dan besar sehingga
bisa menjadi hiburan selama pendakian yang melelahkan.
Jalur
yang kami lewati lumayan menanjak, perpaduan kerikil dan pasir membuat tanahnya
berdebu, sehingga kami harus menggunakan slayer kami sebagai penutup hidung
dari debu. Kami berhenti sejenak pada sebuah batu yang cukup besar. Katanya
batu besar ini dulunya merupakan bekas candi, karena bentuknya juga lumayan
simetris. Dari batu ini kami naik lagi, hutan mulai terbuka dan angin malam
mulai menerpa kami. berhenti sejenak saja, dingin langsung menjalar ke sekujur
tubuh. Semakin keatas semakin terbuka, nah saat berada di tempat datar yang
cukup luas, disitulah pos III Seroto berada. Tempat tersebut dapat menampung
belasan tenda. Kami disini beristirahat cukup lama. Pemandangannya bagus. Karena cuaca saat itu
cerah, maka Gunung Sumbing terlihat sangat mempesona walau di kegelapan malam. berjalan
ke arah jurang, kita dapat melihat lampu-lampu kota wonosobo berkerlap-kerlip. Dari sini kita akan menyaksikan pemandangan yang
sangat indah ke arah gunung Sumbing. Pemandangan lereng terjal gunung Sindoro
serta puncak bayangan yang nampak di depan mata sangat indah untuk dinikmati.
Saat sampai di pos III ini hari sudah malam , untuk
waktu-waktunya sendiri sampai di pos I, II, III jam berapa aku sendiri tidak
terlalu ingat karena yaaaa untuk jalan aja nafas udah mau habis jadi gak
kepikiran untuk mengingat ingat apalagi mencatat di note hehehehe ...
Mengingat tenaga yang sudah terkuras juga , rombongan kami memutuskan untuk nge-camp di Pos III ini. Tenda-tenda mulai didirikan oleh mas mas angkatan, sembari menunggu tendanya jadi kami para wanita menyiapkan air panas untuk membuat kopi dan mie.
Mengingat tenaga yang sudah terkuras juga , rombongan kami memutuskan untuk nge-camp di Pos III ini. Tenda-tenda mulai didirikan oleh mas mas angkatan, sembari menunggu tendanya jadi kami para wanita menyiapkan air panas untuk membuat kopi dan mie.
Di pos III ini kami menunaikan shalat Maghrib diJama’
dengan shalat Isya’. Setelah shalat aku
dan teman-teman menikmati mie dan kopi dengan beralaskan tanah beratapkan
langit yang penuh dengan bintang *subhanallah indahnya J.... Sembari
ngopi kami juga ngobrol ngalor ngidul gak jelas juntrungannya hingga satu per
satu dari kami masuk tenda karena sudah ngantuk banget. Tenda yang ada kalo gak salah ada 3-4 dan
tiap tenda ada sekitar 5 orang. Kami
tidur sekitar jam 11 malam. Baru
beberapa menit kami tidur, tiba-tiba dikagetkan dengan tarikan nafas
putus-putus dari mbak yenni , kami sontak kaget lalu memanggil mas-mas
angkatan. Mas hilman langsung memberikan
jaket bertumpuk-tumpuk ke badan mbak yeni, sampai dibungkus sleeping bag
juga. Ternyata mbak yeni kena hipotermia
, suatu kondisi saat badan gak kuat dengan hawa dingin. Memang udara saat itu hampir mendekati minus
derajat. Rencana awal kita akan
melanjutkan perjalanan ke puncak adalah jam 4 selepas subuh karena kami ingin
melihat sunrise dari puncak Sindoro tetapi kami memutuskan menunggu keadaan
mbak yenni membaik terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Namun, mas catra dan mas angga memutuskan
untuk muncak sesuai rencana awal jadilah mas catra mas angga berangkat terlebih
dahulu. Sekitar pukul 5 kami melanjutkan
kembali perjalanan.
Kami
kembali melanjutkan perjalanan lebih keatas lagi. Jalur dari pos III ke atas
sudah mulai sulit didaki karena lumayan curam, berbatu, berkerikil, serta
berdebu. Setelah memanjat sekitar satu jam, kami memutuskan untuk mendirikan
tenda di tempat datar sebelah kiri kami. Sebenarnya lokasinya tidak terlalu
jauh dari pos III, hanya saja treknya lumayan terjal sehingga membutuhkan waktu
mendaki yang agak lama.
Dari Pos III pendakian dilanjutkan
dengan melintasi jalan berbatu yang terjal disertai dengan kerikil dan debu.
Meskipun medan sangat berat kawasan ini agak rindang karena banyak ditumbuhi
oleh pohon lamtoro dan tanaman perdu. namun
hanya sebentar ..... Jalur hutan kembali terbuka jalannya
lebih curam dan sulit. Batu-batu besar mulai bermunculan disekeliling
rumput-rumput hijau dan semak-semak belukar. Pohon-pohon lamtoro tampak berdiri
jarang-jarang, sesekali hanya satu batang pohon saja. Pemandangan ini sungguh
eksotis, bayangkan padang rumput, dengan batu-batu besar dan pohon kurus tinggi
yang berdiri sendiri, sungguh beautiful!
sayangnya jalannya menanjak. Puncak-puncak bayangan mulai terlihat, dimana saat
kita melihat keatas, tampak ujung dari tanjakan yang setelah kita naiki
ternyata masih ada tanjakan lainnya. Setelah
mencapai puncak bayangan pertama, pendaki harus menghadapi puncak bayangan
berikutnya yang kelihatan sangat tinggi dan curam.
Dari puncak
bayangan satu ke yang lainnya jalurnya sungguh terjal. Lumayan menguras tenaga.
Disinilah air sangat dibutuhkan. Pada saat kami benar-benar ngos-ngosan, kami menjumpai tanah
datar . Kami memutuskan untuk
beristirahat sejenak, angan-angan untuk melihat sunrise di puncak pupus sudah
karena puncak masih jauh sedangkan matahari sudah mulai
menyunggingkan senyumnya *-*
Sembari
menunggu detik-detik kemunculan sang surya kami foto-foto dulu sambil
mengumpulkan tenaga. Menyaksikan sunrise
di puncak bayangan pertama ini sungguh tak bisa dilukiskan dengan kata-kata
betapa indahnya. Matahari muncul dari
sebelah timur , dan dari puncak bayanan pertama inilah gunung Sumbing, Merbabu
dan Merapi tampak dengan jelas meskipun agak diliputi awan-awan yang beterbangan*jadi
serasa di negeri
awan ^^
Setelah
dirasa cukup istirahatnya, rombongan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Menuju puncak bayangan ke dua yang terjal dengan medan
yang berbatu sungguh sangat melelahkan, terutama bila dilakukan pendakian pada
siang hari akan terasa sangat panas dan kita akan sering kehausan. Beruntung
medan yang kita lewati ditumbuhi oleh pohon lamtoro dalam jarak yang agak dekat
sehingga bisa digunakan untuk berteduh.
Di sinilah rombongan kami mulai gugur satu
persatu. Dimulai dari mbak yenni yang
ditemani ratih dan mas hilman. Selang
beberapa waktu mas wilis yang keseleo juga harus berhenti di track ini. Lintasan berikutnya melewati medan berbatu
dengan tanaman edelweis. Jalurnya
sungguh sangat berat, terjal dan terbuka, sehingga panas matahari begitu
mengganggu perjalan kami. bunga-bunga edelweis berada disekeliling kami,
memandangi kami dengan rasa iba. Pemandangannya di padang edelweiss ini cukup
indah. Jika menengok kebelakang kita dapat melihat gumpalan-gumpalan awan dan
sosok raksasa gunung Sumbing. Di medan
ini mas angga dan mas yogi juga harus rela untuk tidak merasakan betapa wahnya
PUNCAK !! Sungguh disayangkan kalau ke-6 personil kami harus berhenti di tengah
jalan karena memang sayang sekali tinggal beberapa jam lagi puncak sudah bisa
kita rasakan sensasinya ƪ(♥•*⌣*•♥)ʃ
Akhirnya dengan sisa personil yang ada yaitu 9 orang
karena yang 2 (mas catra mas angga sudah duluan) kami melanjutkan perjalanan ke
puncak bayangan kedua. Sesampainya di
puncak bayangan kedua setelah melewati hutan edelweis, medan kembali terbuka
dan harus melintasi batu-batu besar. Puncak gunung yang sesunguhnya masih belum
nampak karena tertutup pandangan oleh pohon-pohon edelweis.
Setelah
melewati hutan edelweis, kami masih harus naik lagi, terdapat pohon-pohon yang
lumayan tinggi, sehingga dapat dijadikan tempat berteduh . Jalur
akhir menuju puncak ini medannya sangat berat, selain terjal dan terbuka, panas
matahari sangat terasa menyengat, kelelahan dan kehausan menyertai para
pendaki. Batu-batu besar menjadi pijakan di sepanjang lintasan. Di siang hari
pasir dan batu terasa sangat panas bila disentuh, terutama batu yang berwarna
hitam bila dipegang terasa sangat panas sekali. Tidak mengherankan jika di
gunung Sindoro ini sering terjadi kebakaran. Menjelang puncak pohon edelweis
banyak tumbuh sehingga bisa menjadi tempat berlindung dari teriknya matahari. Selama perjalanan sudah tidak terhitung
berapa kali kami terpeleset tergelincir mengingat medannya yang curam. Sering juga kita tertipu dengan puncak-puncak
bayangan di Sindoro
Selama perjalanan menuju
puncak terakhir kami selingi dengan berfoto di padang edelweis. Padang edelweis
ini mirip sekali dengan padang rumput di film teletubbies ^^
Bunga edelweise bermekaran dimana-mana , tersebar di seluruh penjuru lereng
Sindoro. Bunganya putih ungu kecil-kecil
cantik sekali. Bunga inilah yang
orang-orang biasa simbolkan sebagai bunga abadi. Alasan konkretnya sendiri aku juga tidak
terlalu paham , tapi menurutku pantas kalau disebut bunga abadi karena memang
sekalipun sudah dipetik dari pohonnya bunga ini gak akan mati gak akan
layu. Selain itu bunga edelweis hanya
tumbuh di puncak-puncak tertinggi gunung-gunung tertentu. Butuh ekstra perjuangan untuk mendapatkan
bunga ini. Jadi kalau misalnya seorang
istri mendapat bunga edelweise dari suaminya yang metik sendiri , patut
berbahagialah sang istri xixixixixixixi ^^
Pendakian
menuju puncak akhirnya BERHASIL
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! berhasil berhasil hore !! loghisimos \(^_^\) (/^_^)/
Akhirnya
ke-9 prajurit ini sampai juga di Puncak Sindoro bersama mas catra dan mas angga
yang sudah sampai duluan ^^ (mas okky, mas izul, mas padang, mas arief, mas
agung, mas iman, aku, riza, dan bunga).
Bahagia banget !!
Rasa
capek yang melumpuhkan sendi-sendiku rasanya terangkat sudah terbayar sudah
sesampainya di puncak ini.
Rasanya
plonggggggggggggggg ............................................
Subhanallah
subhanallah subhanallah kata-kata yang spontan tak henti hentinya meluncur dari
mulutku. Dan acara foto-fotopun terjadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
^^
Puncak gunung Sindoro tidak terlalu luas tetapi
melingkar mengelilingi kawah. Banyak terdapat batu-batu besar dan ditumbuhi
tanaman edelweis. Dari puncak gunung Sindoro pemandangan ke arah selatan
terlihat gunung Sumbing sangat indah sekali. Sedikit ke arah timur nampak
gunung Merbabu dan gunung Merapi yang diselimuti awan.
Kita
bisa turun ke dalam kawah yang cukup lebar sambil menikmati aroma belerang yang
keluar dari asap di dalam kawah. Kawah ini pada musim hujan akan terendam oleh
air sehingga membentuk danau kawah yang dapat kita minum airnya, namun sayang
kami mendaki pada musim kemarau, sehingga tidak berkesempatan melihat danau
kawah tersebut. Kawah gunung Sindoro cukup luas,
pendaki dapat turun ke dasar kawah. Di
musim kemarau kawah gunung Sindoro masih menyisakan genangan-genangan air yang
bercampur dengan belerang sehingga terasa asam bila diminum.
Terik
matahari sangat menyengat, panasnya ngga
nahan!! Di puncak kami puas-puasin foto-foto, puas-puasin menikmati pemandangan
yang luar biasa indah, dan puas-puasin
perjuangan kami yang lumayan wow ini. Dari puncak, jika kita menghadap ke arah
selatan maka akan tampak gunung Sumbing yang kelihatan megah, sedikit kearah
timur maka akan tampak gunung merbabu dan merapi di kejauhan. Sungguh menakjubkan! !!!
Jujur di puncak ini tenagaku hanya tinggal 1 watt
-_____-
kakikukakukaku sudah gak kuat lagi untuk menopang tubuhku. Setelah puas berfoto-foto aku langsung
tertidur di batu yang banyak bertebaran di sekeliling puncak. Sebelum tidur aku sempat melihat kalau mas
izul dan mas arief *apa mas agung ya lupa hehe .. mereka turun ke kawah dan
menulis dengan batu kata HIMASTA UNDIP.
Yaaa sedikit bukti kalau Himasta UNDIP pernah sampai Kawah Puncak
Sindoro ^^
Puncak
gunung selalu menampilkan pemandangan dan kepuasan batin tersendiri bagi para
pendakinya. Kami turun gunung sekitar pukul satu siang. Hati-hati saat
turun karena jalannya merupakan campuran kerikil, debu, dan pasir sehingga jika
kita lengah, bisa-bisa kita tergelincir.
Perjalanan pulang lebih santai dibandingkan perjalanan berangkat ^^
Moment lucu
saat turun gunung adalah saat sampai di Padang Lamtoro aku, riza, bunga, mas
padang, mas agung turun dengan cara prosotan di rumput rumputnya. Hemat waktu
tenaga sekaligus SERUUUUUUUUUUUU !!!!!!!!! ^^d
Waktu turun
gunung hujan mulai turun jadi kami memakai mantel. Kami sampai di bawah tepatnya di kawasan pintu
hutan sekitar pukul 5. Dan suasananya
sudah penuh dengan kabut putih. Jalanan
sudah tidak terlihat sehingga kami naik ojek bergantian. Sesampainya di camp kami langsung shalat. Setelah shalat rombongan kami pulang ke
Tembalang. Kami tiba di tembalang
sekitar pukul 10 malam.
Note :
perjalanan turun gunungnya saya skip saja detailnya .. cukup gambaran umumnya
saja yang saya tulis ^^
Hikmahnyaaa :::
Salah satu ciptaan Tuhan yang ada di alam ini adalah
berdiri dengan kokohnya gunung yang menancapkan kakinya ke bumi. Terlihat indah
lereng gunung dengan hijaunya tanaman yang tumbuh di punggung gunung. Saat naik
gunung berjalan di jalan setapak yang berliku dan menanjak, kita bisa melihat
di sisi kanan dan kiri jalan yang menanjak, terdapat jurang dalam menganga
terkadang sering tertutup kabut tebal saat mendaki.
Menelusuri lembah dan menembus rimbunnya hutan
pegunungan juga memicu adrenalin dan menjadi tantangan tersendiri bagi pendaki.
Apalagi jika masih ada binatang liar di sekitar jalur pendakian. Mendaki gunung
tidak sekedar menaklukkan puncak tertinggi, tetapi juga menguji nyali.
Apakah kita kuat berjalan sampai ke puncak atau putus
di tengah jalan lalu balik turun, akan mengukur diri ini sudah sejauh
mana mental kita kuat bertahan jika menghadapi tantangan dalam perjalanan
mendaki gunung.
Apalagi bila sudah sampai di puncak gunung, bisa
melihat terbitnya sinar mentari di ufuk timur lalu masuk ke kawahnya, akan
menyadari betapa diri ini kecil sekali bila dibandingkan dengan alam semesta
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Subhanallah , terima kasih untuk karunia
Allah yang sungguh tak terbatas ..
terima kasih karena telah mengizinkanku
menapaki lereng Gunung Sindoro hingga sampai di puncaknya. sungguh pengalaman
luar biasa yang tidak setiap orang memiliki kesempatan yang sama mengalaminya.
Terima kasih tak lupa untuk HIMASTA 2012
especially Departemen 3 yang telah bersusah payah menguras pikiran, tenaga dan
dana untuk mengadakan proker pendakian ini.
Terima kasih untuk kakak angkatan 2008,
2009, 2010 yang senantiasa sabar menungguku dalam pendakian ini. Terima kasih untuk tolak anginnya , terima
kasih sudah membawakan tas-tas saya : mas iman, mas agung, mas catra ^^
mas izul yang tak lelah memberikan semangat
kepada kami (bunga, riza, aku ) untuk terus mendaki sampai puncak Sindoro di
saat kami sudah mencapai titik lelah yang teramat sangat mendekati putus asa
hahahahaha .. terima kasih terima kasih .. maaf banyak merepotkan :D
terima kasih untuk pengalaman mengesankan
ini kawan-kawan seperjuangan mas okky
(2007), mas catra (2008), mas izul , mas angga , mas wilis (2009), mas iman ,
mas padang , mas arief , mas hilman , mas angga, mas yogi , mas agung, mb yenni
(2010) serta riza , bunga , ratih (2011)
thank you !!!
You’ll Never Walk Alone #YNWA Guysssssss
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
*EDELWEISE* |
No comments:
Post a Comment